Rabu, 01 Februari 2012

PERISTIWA MANDOR

PERISTIWA MANDOR

Pertama kali kedatangan bangsa jepang di bumi kalbar mendapat sambutan hangat dari rakyat. Dalam melakukan propagandanya, jepang selalu mengatakan bahwa dirinya adalah sebagai pelindung bangsa asia. Pada mulanya, maksud kedatangan bangsa jepang ini kedengaran sangat baik tetapi pada kenyataan nya segala yang pernah dijanjikan terhadap rakyat hanya merupakan omong kosong.


Bangsa jepang sangat cerdik dan licik dalam menjalankan maksudnya. Demi tercapai segala apa yang di inginkannya maka dengan berbagai cara mereka berusaha untuk mendekati dan menarik perhatian rakyat pribumi. Padahal semua yang dilakukan oleh bangsa jepang itu hanya sesuatu cara untuk mengelabui dan menutup-nutupi perbuatannya.

Kekejaman bangsa jepang di kalbar mulai dirasakan oleh rakyat. Mereka melakukan pemerasan terhadap rakyat. Seluruh harta dan tenaga rakyat habis dikurasnya. Dalam melancarkan aksinya, mereka selalu bertindak hati-hati dan mereka selalu menaruh rasa curiga terhadap bangsa kita. Perbuatan bangsa jepang ini sangat bertentangan dengan adat-istiadat kita. Mereka juga tidak mempunyai rasa prikemanusiaan terhadap nasib bangsa kita.


Pada masa pemerintahan jepang semua perkumpulan dan organisasi rakyat yang ada di Kalimantan barat di larang berdiri. Sebagai perganti perkumpulan yang dilarang itu maka jepang hanya mengijinkan satu perkumpula, yaitu perkumpulan “Nissinkai” . perkumpulan ini di pimpin oleh Noto soejono, Dr. Roebimi, Pattiasina dan beberapa tokoh lainnya.
Perkumpulan Nissinkai yang di bentuk oleh bangsa jepang ini berada langsung dibawah kekuasaan territorial angkatan laut ( Kaigun ) Letnan Kolonel Yamakawa dan 3 orang perwira senior Kempetai . mereka adalah kapten Yamamoto, Letnan Nakatani dan Letnan Haysahi. Ketiga orang perwira inilah yang paling kejam dan ditakuti pada masa itu.

Dengan berdirinya Organisasi Nissinkai buatan jepang maka jepang berharap agar tokoh-tokoh masyarakat dan para pemuda kita dapat dikuasainya. Sementara dipihak tokoh-tokoh kita juga mempunyai keinginan yang berbeda. Mereka berkeinginan untuk meredakan suasana akibat perbutan jepang. Ternyata didalam perkumpulan itu antara Bangsa kita dan Bangsa Jepang mempunyai maksud-maksud tertentu tetapi dengan tujuan yang berbeda-beda dan saling bertentangan.
Bangsa jepang adalah bangsa yang kuat dan sangat berkuasa. Mereka telah menganggap bahwa dirinya adalah sebagai Saudara Tua bagi Bangsa Asia. Dalam benak mereka tidak memikirkan nasib bangsa kita karena pada waktu itu kekuasaan tertinggi ada pada meereka.

Lama-kelamaan Bangsa Jepang rupanya mulai merasakan adanya keganjilan dalam pemerintahannya . Mereka mulai menaruh rasa curiga dan purbasangka terhadap Kalimantan Barat terlebih pada tokoh kita. Sikap dan rasa curiga mereka ditunjukan kepada para golongan intelektual. Tokoh-tokoh Pergerakan dan para Raja-raja serta para pengusaha karena mereka inilah dianggap oleh Jepang sebagai orang yang mempunyai pengaruh di mata masyarakat. Hal ini di dukung dengan adanya berita yang diperoleh dari mata-mata Jepang yang menyatakan tentang adanya aksi-aksi gelap yang akan timbul dari para pejuang kita. Mendengar berita tersebut, jepang semakin khwatir karena berita itu akan dapat merugikan mereka.

Ternyata sikap curiga Bangsa Jepang menjelma menjadi kenyataan pahit bagi rakyat Kalimantan Barat. Pada akhir tahun 1943 Jepang berencana untuk mengadakan konferensi dengan mengundang para tokoh pergerakan yang tergabung dalam perkumpulan “ Nissinkai “. Mereka terdiri dari Alim Ulama, Para Pemuda, Para Cendikiawan dan Para Raja-raja. Konferensi itu rencananya akan diadakan di Gedung Medan Sepakat No.12 ( sekarang JL.Jend. Urip ) Pontianak. Peserta yang hadir dalam Konferensi diperkirakan ada sekitar 500 orang.

Setelah mendengar rencana Jepang untuk mengadakan Konferensi Maka beberapa tokoh pemuka masyarakat kita secara diam-diam berusaha untuk melumpuhkan kekuasaan Jepang itu. Adapun cara yang akan mereka dilakukan adalah dengan menyuruh pelayan untuk memberikan racun pada makanan dan minuman yang akan disuguhkan kepada tentara-tentara Jepang itu. Rupanya perbuatan tersebut berhasil tercium dan diketahui dan diketahui oleh tentara Jepang. Oleh karena itu, tentara Jepang segera memerintah kepada semua peserta Konferensi yang ada di dalam gedung agar jangan ada yang keluar. Kemudian, tentara Jepang yang sudah dalam keadaan siap siaga segera diperintahkan untuk melakukan pengepungan di sekitar lokasi gedung.


Tentara-tentara Jepang yang belum sempat menikmati hidangan segera bertindak untuk menutup pintu dan jendela agar tidak seorangpun peserta rapat boleh melarikan diri. Semua peserta ditangkap dan diangkut dengan beberapa buah mobil truk ke suatu tempat tujuan yang mereka telah tentukan. Tidak seorangpun rakyat yang mengetahui kemana mereka akan dibawa dan bahkan tidak seorangpun juga dari anggota peserta Konferensi yang pernah muncul dan kembali.


Bangsa Jepang bertindak semakin kejam dan secara terus-terang. Mereka mulai mengadakan jam malam dan melarang penduduk untuk berkumpul lebih dari dua orang. Jam malam berlaku mulai pukul 20.00 Wib – 06.00 pagi esok harinya.

Pencarian dan penangkapan Bangsa kita terus dilakukan. Pada tanggal 23 Oktober 1943 Bangsa Jepang telah melakukan penangkapan secara besar-besaran terhadap ssemua lapisan masyarakat. Sasaran utama penangkapan mereka adalah para memuka masyaraka, para Cendikiawan dan siapa saja yang dianggap mencurigakan.

Bangsa Jepang lebih banyak melakukan penangkapan pada pagi hari. Penangkapan dilakukan dengan cara menyungkup kepala korban dengan kain karung yang telah dipersiapkan. Tangan korban di ikat kebelakang dan dimasukan kedalam mobil truk ang sudah siap menunggu. Mobil truk itu lebih dikenal sebagai mobil Sungkup.

Kemudian pada tanggal 24 Januari 1944, Bangsa Jepang melakukan penangkapan kembali. Penangkapan ini merupakan kelanjutan dari pada penangkapan yang telah dilakukan sebelumnya. Mereka tidak peduli siapa saja yang mereka tangkap dan sebagian besar yang mereka tangkap pada waktu itu adalah para Sultan atau penambahan dan Orang-orang yang berpengaruh lainnya.
Semua korban yang ditangkap oleh Jepang itu disiksa dan kemudian dibantai hidup-hidup. Pembantaian atau pembunuhan terhadap mereka yang berhasil ditangkap dilakukan dibeberapa tempat. Pembunuhan terbesar dilakukan di Desa Kopyang, Kecamatan Mandor pada waktu itu, tempat tersebut masih sunyi dan seperti hutan belukar. Oleh karena itu, tempat inilah yang merupakan saksi bisu atas peristiwa bersejarah tersebut dan peristiwa inilah yang dikenal dengan sebutan “ Peristiwa Mandor “.
Selama masa kekuasaan Jepang, jumlah penduduk Kalimantan Barat yang berhasil dibunuh oleh Bangsa Jepang berjumlah 21.037 orang. Beberapa diantaranya adalah :

1. Sultan Syarif Muhammad Yusuf Alqadri ( kesultanan Pontianak )

2. Sultan Muhammad Inrahim Tsafiuddin ( Kesultanan Sambas )

3. Gusti Abdul Hamid ( Penembahan Kerajaan Ngabang )

4. Gusti Saunan ( Penambahan Kerajaan Ketapang )

5. Dr. Roebini ( Kepala Rumah Sakit Umum Sei. Jawi Pontianak )

6. Ade Muhammad Arif( Penambahan Kerajaan Sanggau )

7. Muhammad Taufik Ibrahim ( Penambahan Kerajaan Mempawah )

8. Noto Soejono ( Ketua Umum Nessinkai ) dan masih banyak lagi nama korban lainnya.

Tindakan dan perbuatan Bangsa Jepang ini sangat sadis dan tidak berperikemanusiaan. Sebagai petanda atas kekejaman itu maka Kecamatan Mandor telah dibangun sebuah Monumen bersejarah yang melukiskan tentang kekejaman tentara jepang di kalbar. Makam itu diberi nama dengan “ Makam Juang Mandor “ selain itu, sebagai pertanda turut berkabung atas peristiwa tersebut maka pada setiap tanggal 28 juni ditetapkan sebagai hari berkabung bagi masyarakat KalBar. Hal ini ditandai dengan Ziarah ke makam juang mandor.

Selasa, 31 Januari 2012

SEJARAH SINTANG

Sekilas Tentang Kerajaan Sintang

Kerajaan ini diperkirakan awalnya terletak di Desa Tabelian Nanga Sepauk, berjarak sekitar 50 km dari Kota Sintang (saat ini). Bukti sejarah berdirinya kerajaan ini dapat ditelusuri melalui sejumlah benda peninggalan sejarah. Sebuah patung yang menyerupai Siwa ditemukan di Desa Temian Empakan, Kecamatan Sepauk. Patung ini mempunyai empat tangan yang terbuat dari perunggu. Di samping itu, juga ditemukan Batu Lingga dan Joni yang bergambar Mahadewa di Desa Tabelian Nanga Sepauk (masyarakat menyebutnya dengan nama lain, Batu Kalbut). Di desa yang sama, ditemukan batu yang menyerupai lembu, beberapa kapak batu, dan makam Aji Melayu.

Asal-usul nama Sintang berasal dari nama Senentang yaitu tempat bertemunya dua aliran sungai Melawi dan sungai Kapuas, menurut cerita rakyat, pendiri Kota Sintang adalah Demong Irawan yang bergelar Djubair I. Demong Irawan adalah keturunan kesebelas dari Aji Melayu dengan istriny Putung Kempat. Putung Kempat adalah anak dari pasngan suami istri bernama Embun Mangulur Pukat Mengawang.

Aji Melayu berasal dari semenanjung Melaka yang menikah dengan seorang gadis asal Kalimantan Barat bernama Putung Kempat dan mempunyai anak bernama Dayang Lengkong. Dari perkawinan ini lahirlah Dayang Lengkong yang menikahi dengan Patih Selatung yang berasal dari Majapahit,
Dayang Lengkong sendiri memiliki garis keturunan yang merupakan para pewaris tahta kekuasaan di Kerajaan Sintang Hindu berikutnya, yaitu: Abang Panjang, Demong Karang, Demong Kara, Demong Minyak, Dayang Setari, Hasan, Demang Irawan (Jubair Irawan I) dan Dara Juanti.

Setelah Demong Irawan wafat, tahta kekuasaan dipegang oleh Dara Juanti. Pada masa pemerintahan Dara Juanti, Kerajaan Sintang pernah mengalami masa kemajuan dan kemakmuran. Setelah Dara Juanti mengundurkan diri kerajaan Sintang mengalami kemunduran, setelah beratus-ratus tahun kemudian muncul Abang Samad sebagai raja dari keturunan Dara Juanti.


Setelah Abang Samad, tampuk pimpinan Kesultanan Sintang dipegang secara berturut-turut oleh: Jubair Irawan II, Abang Suruh dan Abang Tembilang. Kemudian Abang Pencin yang bergelar Pangeran Agung. Abang Pencin merupakan penguasa terakhir di Kerajaan Sintang Hindu. Ia juga merupakan raja yang menganut Islam pertama kali di Sintang. Masa pemerintahan Abang Pencin dapat dikatakan sebagai babak baru masa Kesultanan Sintang Islam.


Sumber : ( Dari Buku Sejarah Kerajaan-Kerajaan Di KalBar )

Minggu, 29 Januari 2012

SEJARAH MEMUDU

Perang Krimea (1853–1856) adalah pertempuran yang terjadi antara kekaisaran Rusia melawan sekutu yang terdiri dari Perancis, Britania Raya, Kerajaan Sardinia, dan Kesultanan Utsmaniyah. Kebanyakan konflik terjadi di semenanjung Krimea, dengan pertempuran lainnya terjadi di Turki barat dan laut Baltik. Perang Krimea terkadang dianggap sebagai konflik modern pertama yang mempengaruhi peperangan di masa depan.


Perang Krimean dikenal dengan nama yang berbeda. Di Rusia dikenal sebagai "Perang Oriental" (bahasa Rusia: Восточная война, Vostochnaya Voina), dan di Britania pada saat itu kadang-kadang dikenal sebagai "Perang Rusia".

Perang Krimean terkenal karena kesalahan logistik dan taktis pada kedua belah pihak. Namun, itu dianggap menjadi perang "modern"yang pertama, seperti "memperkenalkan perubahan-perubahan teknis yang mempengaruhi tata peperangan dimasa depan," termasuk taktis penggunaan pertama kereta api dan telegraf. Hal ini juga terkenal bagi pekerjaan Florence Nightingale, yang mempelopori praktek keperawatan modern ketika merawat tentara Inggris yang terluka.

Perang Krimea juga yang pertama kali secara luas didokumentasikan dalam foto.

Ketegangan Pra-pertempuran


Konflik atas Tanah Suci

Rangkaian peristiwa yang membuat Perancis dan Inggris menyatakan perang terhadap Rusia pada tanggal 27 Maret dan 28 Maret 1854 dapat dilacak pada peristiwa kudeta pada tahun 1851 di Perancis. Napoleon III mengirim duta besar untuk Kekaisaran Ottoman dan berusaha memaksa Ottoman untuk mengakui Perancis sebagai "penguasa yang berdaulat" di Tanah Suci. Rusia membantah perubahan "penguasa" baru di Tanah Suci. Merujuk pada dua perjanjian sebelumnya, yaitu tahun 1757 dan yang lain pada tahun 1774, Ottoman mengubah keputusan mereka sebelumnya, membatalkan perjanjian Perancis dan bersikeras bahwa Rusia adalah pelindung orang-orang Kristen Ortodoks di Kerajaan Ottoman.

Napoleon III menjawab dengan unjuk kekuatan, mengirimkan armada kapal Charlemagne ke Laut Hitam, yang merupakan pelanggaran terhadap Konvensi Selat London. Pamer kekuatan Prancis dikombinasikan dengan diplomasi dan uang yang agresif, memaksa Sultan Abdülmecid I untuk menerima perjanjian baru, mengakui Perancis dan Gereja Katolik Roma sebagai otoritas Kristen tertinggi di Tanah Suci dengan kontrol atas tempat-tempat suci Kristen dan memiliki hak atas Gereja Nativity, yang sebelumnya dipegang oleh Gereja Ortodoks Yunani.

Tsar Nicholas I kemudian mengirimkan angkatan perang korp ke-4 dan ke-5 di sepanjang Sungai Danube, dan menugaskan Count Karl Nesselrode, menteri luar negerinya, untuk melakukan pembicaraan dengan kekaisaran Ottoman. Nesselrode mengutarakan hal tersebut kepada Sir George Hamilton Seymour, Duta Besar Inggris di St Petersburg:


Negosiasi Perdamaian dimulai tahun 1856 di tangan anak Nicholas I sekaligus penggantinya, Alexander II, melalui Kongres Paris.Selanjutnya, Tsar dan Sultan setuju untuk tidak mengeluarkan angkatan laut mereka di pantai Laut Hitam.Selain itu, semua kesatria Agung berjanji untuk menghormati kemerdekaan dan integritas wilayah Kekaisaran Ottoman.

BackLink

Malaysia Free Backlink ServicesFree Promotion LinkFree Smart Automatic BacklinkMAJLIS LINK: Do Follow BacklinkLink Portal Teks TVAutoBacklinkGratisjapanese instant free backlink Free Plugboard Link Banner ButtonFree Automatic Backlink Service